Dalam bidang perekonomian sering disebutkan kata-kata yang kurang dimengerti. Salah satunya adalah inflasi, sebenarnya apa itu inflasi?. Berikut akan dibahas mengenai apa itu inflasi, jenis-jenisnya, penyebab, dampak, dan penghitungannya.
Dikutip dari BI, Inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Deflasi merupakan kebalikan dari inflasi, yakni penurunan harga barang secara umum dan terus menerus.
Berdasarkan the Classification of Individual Consumption by Purpose (COICOP), IHK dikelompokkan ke dalam tujuh kelompok pengeluaran, yaitu:
- Bahan Makanan.
- Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau.
- Perumahan.
- Sandang.
- Kesehatan.
- Pendidikan dan Olahraga.
- Transportasi dan Komunikasi.
Data pengelompokan tersebut didapatkan melalui Survei Biaya Hidup (SBH)
Selain pengelompokan tersebut, BPS juga mempublikasikan inflasi berdasarkan pengelompokan lainnya yaitu disagregasi inflasi. Di Indonesia, disagregasi inflasi IHK tersebut dikelompokan menjadi:
Inflasi Inti,
yaitu komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent component) di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti:
- Interaksi permintaan-penawaran.
- Lingkungan eksternal: nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra dagang.
- Ekspektasi inflasi dari pedagang dan konsumen.
Inflasi non-Inti,
yaitu komponen inflasi yang cenderung tinggi volatilitasnya karena dipengaruhi oleh selain faktor fundamental. Komponen inflasi non-inti terdiri dari:
- Inflasi Komponen Bergejolak (Volatile Food): Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan internasional.
- Inflasi Komponen Harga yang diatur oleh Pemerintah (Administered Prices): Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) berupa kebijakan harga Pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif angkutan, dll.
Jenis-Jenis Inflasi
Berdasarkan Kenaikan Harga
Berdasarkan kenaikan harga, inflasi dibagi ke dalam 4 jenis, yaitu:
- Inflasi ringan: kenaikan harga di bawah 10% dalam setahun.
- Inflasi sedang: kenaikan harga di antara 10% – 30% dalam setahun.
- Kelas Inflasi berat: kenaikan harga di antara 30% – 100% dalam setahun
- Hiperinflasi (inflasi tak terkendali): kenaikan harga di atas 100% dalam setahun.
Berdasarkan Asalnya
Berdasarkan asalnya, inflasi dibagi menjadi 2, yaitu:
- Inflasi dari dalam negeri (domestic inflation)
- Inflasi dari luar negeri (imported inflation)
Berdasarkan Besarnya Cakupan Pengaruh terhadap Harga
Berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga, inflasi dibagi menjadi 3, yaitu:
- Inflasi tertutup (closed inflation). Kenaikan harga yang terjadi hanya berhubungan dengan satu atau dua barang tertentu.
- Inflasi terbuka (open inflation). Kenaikan harga yang terjadi pada semua barang secara umum.
- Hiperinflasi. Serangan inflasi yang sangat hebat sehingga harga barang/jasa terus berubah dan meningkat setiap saat, akibatnya orang-orang tidak dapat menahan uang lebih lama karena nilai uang terus merosot.
Penyebab Inflasi
Terjadinya inflasi disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu:
Tarikan permintaan (demand pull inflation). Faktor penyebab demand pull inflation adalah tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya. Peningkatan permintaan ini menyebabkan harga faktor produksi meningkat.
Desakan (tekanan) produksi atau distribusi (cost push inflation). Inflasi ini disebabkan dorongan kenaikan biaya produksi dalam jangka waktu tertentu secara terus-menerus. Biasanya inflasi jenis ini dipengaruhi desakan biaya faktor produksi yang terus meningkat, kelangkaan produksi, dan/atau kelangkaan distribusi.
Inflasi campuran (mixed inflation). Inflasi ini terjadi akibat kenaikan penawaran dan permintaan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara keduanya. Misalnya, ketika permintaan pada barang/jasa A meningkat, lalu menyebabkan persediaan barang/jasa A turun sedangkan pengganti atau substitusinya terbatas atau tidak ada. Ketidakseimbangan ini akan mengakibatkan terjadinya inflasi.
Dampak Inflasi
Terjadinya inflasi tentu memberikan dampak yang beragam, bukan hanya negatif tetapi juga ada yang positif. Apa saja dampaknya? Simak, penjelasannya di bawah ini.
Dampak Inflasi Terhadap Pendapatan
Inflasi dapat mempengaruhi secara positif maupun negatif terhadap pendapatan masyarakat. Misalnya saja saat terjadi inflasi lunak, maka perusahaan akan merasakan dampak positif karena terjadi perluasan produksi sehingga dapat meningkatkan perekonomian.
Namun inflasi ini justru akan berdampak buruk terhadap para pekerja dengan pendapatan tetap, karena nilai uang yang diterima tidak berubah, sementara harga barang/jasa semakin tinggi.
Dampak Inflasi Pada Bidang Ekspor
Biaya ekspor akan mengalami kenaikan biaya yang tinggi saat terjadinya inflasi, hal ini tentu saja berdampak negatif untuk para pelaku ekspor. Kenaikan biaya tersebut juga akan membuat kemampuan ekspor suatu negara berkurang karena kalah saing dengan barang dari negara lainnya. Pada akhirnya, pendapatan devisa hasil ekspor pun akan berkurang.
Dampak Inflasi Terhadap Minat Menabung
Pada saat inflasi terjadi, minat menabung seseorang akan semakin berkurang karena bunga yang didapatkan menjadi jauh lebih kecil, sedangkan penabung tetap harus membayar biaya administrasi tabungan yang dimiliki.
Dampak Inflasi Terhadap Perhitungan Bahan Pokok
Inflasi juga akan membuat perhitungan dan penetapan harga bahan pokok menjadi lebih sulit karena bisa jadi terlalu kecil ataupun terlalu besar. Hal ini disebabkan oleh prediksi persentase inflasi di masa yang akan datang tidak akurat, sehingga proses penetapan harga pokok dan harga jual menjadi tidak tepat
Cara Menghitung Inflasi
Menghitung laju inflasi di Indonesia umumnya dapat dilakukan dengan menggunakan tiga indikator yaitu
- Indeks Harga Konsumen (IHK) yang merupakan rata-rata yang dihasilkan dari perubahan harga barang atau jasa yang dikonsumsi konsumen pada periode waktu tertentu,
- Deflator PDB yang berfungsi sebagai indeks untuk menunjukan perkembangan harga di bidang produsen, dan
- Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) yang digunakan untuk mengukur harga yang terjadi pada perdagangan grosir.
Dari ketiga indikator tersebut, IHK menjadi cara yang paling sering digunakan untuk menghitung laju inflasi di Indonesia. Rumus dari inflasi ini dapat dituliskan sebagai berikut:
Laju inflasi= [(IHK periode ini-IHK periode sebelumnya) / (IHK periode sebelumnya)] x 100%
Kesimpulan
Inflasi yang rendah dan stabil merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat.
Inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun sehingga standar hidup dari masyarakat turun dan akhirnya menjadikan semua orang, terutama orang miskin, bertambah miskin.
Baik, sekian pembahasan kita mengenai apa itu inflasi dan penjelasan lainnya kami membaut artikel ini dengan beberapa sumber dan mengubah gaya bahasanya, jika ada kesalahan mohon dimaafkan!!!