Selama siklus akuntansi, beberapa biaya tidak dapat dikembalikan karena berbagai kondisi. Biaya tersebut sering disebut dengan sunk cost. Setiap perusahaan mungkin mengalami sunk cost, yang pada akhirnya akan mempengaruhi anggaran keuangan perusahaan.
Dalam manajemen risiko kemungkinan sunk cost sangat erat kaitannya dengan penerapan daftar prioritas pengelolaan keuangan, karena tentunya biaya yang dikeluarkan tidak dapat dikembalikan ke kasusaha, sebenarnya apa itu sunk cost dan bagaimana cara menanganinya?
Baik pada artikel kali ini, kita akan membahas tentang apa itu sunk cost dan penjelasan dengan bebrapa contoh dalam kehidupan sehari hari dan dalam sebuah bisnis dan solusinya.
Apa itu Sunk Cost ?
Agar mudah dimengerti, pengertian sunk cost adalah sama dengan biaya yang hangus. Jadi, sunk cost artinya biaya yang telah dikeluarkan dalam suatu bisnis dan tidak dapat dipulihkan kembali. Biaya-biaya yang tergolong sunk cost cenderung berhubungan dengan biaya prospektif seperti biaya yang akan dihadapi perusahaan di masa depan.
Contoh biaya yang akan mengalami sunk cost misalnya biaya pembelian persediaan atau biaya bahan baku.
Sunk cost tidak dapat dipulihkan kembali sehingga tidak perlu dijadikan acuan ketika membuat keputusan. Untuk itu Sunk cost tidak relevan dalam menentukan pengambilan keputusan karena tidak ada pengaruh terhadap jalannya keputusan sehingga tidak akan membutuhkan pengeluaran di masa depan.
Sunk cost bisa juga berperan sebagai opportunity cost di dalam anggaran perusahaan. Opportunity cost adalah keputusan untuk memanfaatkan biaya dengan memilih beberapa peluang yang ada.
Namun, keputusan untuk mengambil sunk cost sebagai opportunity cost menyebabkan perusahaan harus mempersiapkan pengganti anggaran di masa yang akan datang.
Memahami Contoh dan Solusinya
Biaya hangus bisa sama negatifnya dengan bunyi frasa, tetapi tidak selalu. Terkadang itu hanya pembayaran yang Anda tahu tidak akan dikembalikan. Dalam bisnis, gaji yang Anda bayarkan kepada pekerja Anda bisa menjadi sunk cost. Sekali lagi, bahkan dalam kehidupan pribadi Anda, banyak biaya hangus yang tidak dapat dihindari dan bukan hanya keputusan yang buruk.
Berikut beberapa contoh lain yang menggambarkan biaya hangus dalam bisnis:
- Sebuah studio film menghabiskan Rp. 50 juta untuk membuat film dan Rp. 20 juta tambahan untuk iklan. Tapi film ini mengecewakan di box office dan hanya meraup Rp. 15 juta. Semua anggaran yang tidak diperoleh kembali adalah sunk cost, dan kemungkinan tidak dapat diperoleh kembali harus diperhitungkan dalam anggaran produksi film lain bahkan sebelum menjadi satu.
- Seorang pemilik restoran sedang mempertimbangkan untuk memperluas restorannya menjadi sebuah jaringan. Mereka menghabiskan Rp. 10.000.000 untuk riset pasar, dan menggunakan riset tersebut menentukan bahwa membuka lokasi baru di area tertentu kemungkinan tidak akan menguntungkan. Mereka tidak bergerak maju dengan ekspansi, dan Rp. 10.000.000 itu adalah sunk cost.
- Sebuah perusahaan membeli forklift baru untuk gudangnya seharga Rp. 15.000.000. Bagian dari forklift lama, yang awalnya berharga Rp. 10.000.000, dapat dibuang dan dijual seharga Rp. 2.000.000. Jadi Rp. 8.000.0000 lainnya adalah sunk cost.
Sebenarnya, ada banyak sunk cost yang terjadi dalam bisnis, khususnya untuk keperluan produksi. Misalnya pembelian mesin pabrik yang mahal dengan garansi pembelian yang hanya setahun saja. Setelah setahun, ternyata mesin pabrik tersebut rusak dan tidak dapat lagi menghasilkan produk dengan maksimal.
Dampaknya, jika perusahaan harus memaksakan penggunaan mesin tersebut, maka hasil produksi tidak akan maksimal. Sedangkan jika harus mengganti dengan mesin pabrik yang baru, perusahaan harus mengeluarkan anggaran yang sangat mahal.