Rasio Saham – Wabah pandemi Covid-19 yang berlangsung sampai hampir dua tahun menyebabkan bursa saham global terjerembab, tak terkecuali pasar saham Indonesia. Pasar saham dengan kecenderungan menurun mengakibatkan sebagian besar investor keluar pasar.
Meski begitu saham masih menjadi instrumen investasi terbaik jangka panjang. Pelajari lebih dulu 5 rasio saham paling penting untuk investor.
Earning per Share (EPS)
Rasio saham ini bisa diartikan laba perusahaan untuk setiap lembar saham. Makin tinggi nilai EPS saham dari tahun ke tahun, itu artinya emiten itu makin bagus sebab keuntungan yang diraih emiten bertambah. Emiten itu bisa dianggap berkembang. Jika sebuah saham punya EPS Rp.500, berarti saham itu mampu memberikan keuntungan senilai Rp.500 per lembarnya.
Laba adalah metrik penting keberhasilan sebuah perusahaan. Sebab itu kalangan investor cukup konsen dengan nilai earning per share ketika membuat analisis saham yang akan dibeli. Investor membeli dan menyimpan saham sebuah emiten yang ekspektasinya akan mendapatkan deviden atau capital gain.
Laba lazimnya sebagai pijakan dalam keputusan pembayaran dividen sehingga peningkatan harga saham di masa yang akan datang. Sehingga investor umumnya mementingkan nilai EPS yang dilaporkan emiten. Penjelasan lebih detail tentang EPS dapat dilihat pada halaman investbro.
Price to Earning Ratio (PER)
Ini adalah rasio saham dimana memproyeksikan harga saham suatu perusahaan dibanding laba atau keuntungan yang diperoleh perusahaan itu (Earning Per share). Menganalisa PER sebuah emiten yaitu membuat perbandingan nilai PER dari kelompok industri yang sama.
Apabila nilai PER lebih rendah dibanding kebanyakan perusahaan yang lain di industri itu, berarti harga perusahaan dikatakan cukup murah. Karena itu saham yang mempunyai nilai PER rendah sering dicari para investor.
Contohnya : nilai PER saham PT Adhi Karya sebesar 12,62 x. Sehingga bisa dikatakan harga saham ADHI adalah 12,62 kali lebih tinggi dibanding EPS (laba per saham).
Terdapat dua indikasi apabila nilai PER emiten tinggi. Analisis pertama yaitu harga saham ADHI itu kelewat tinggi. Lalu analisis kedua, investor mau membeli tinggi untuk saham itu sebab emiten dipandang punya prospek cerah di masa mendatang. Mudahnya, harapan investor atas saham ADHI itu cukup besar.
Price to Book Value (PBV)
Rasio saham ini menggambarkan perbandingan harga saham dengan nilai buku perusahaan. Price to Book Value difungsikan dalam menentukan berapa kelipatan nilai pasar saham perusahaan dibanding nilai buku. Contohnya sebuah saham memiliki PBV 2x, berarti harga saham itu dua kali lipat bila dibanding nilai kekayaan bersih yang dimiliki perusahaan.
Artinya harga saham itu 2 kali lipat lebih mahal dibanding modal bersih yang dimiliki perusahaan. Jadi nilai PBV yang rendah kerap digunakan sebagai indikator dalam mendapatkan saham murah (undervalued). Karena itu investor direkomendasikan untuk membeli saham yang mempunyai nilai PBV lebih kecil dibanding rata-rata nilai PBV dari industri yang sama.
Metode lain dalam memahami rasio PBV yaitu menerapkan analogi mudah berikut. Misalnya sebuah emiten mendadak tak menjalankan bisnis lagi.
Kemudian perusahaan menjual seluruh aset yang dikuasai guna melunasi hutang. Harta yang tersisa tadi yang dinamakan “value” dari perusahaan itu.
Return on Equity (ROE)
Bila sebuah saham mempunyai nilai ROE besar, itu artinya return atau tingkat pengembalian saham atas modal dianggap besar. Makin meningkat nilai ROE, berarti emiten saham itu makin bagus.
Umumnya, investor akan memilih saham yang mempunyai ROE tinggi sebab emiten itu dianggap bisa mengelola modal yang dimiliki sehingga dapat memberikan keuntungan besar.
Untuk melakukan analisa ROE saham yaitu membuat perbandingan nilai ROE perusahaan dari kelompok industri yang sama sekaligus membandingkan ROE pada periode sebelumnya. Makin tinggi nilai ROE, pertanda jika emiten itu makin berkembang bisnisnya.
Debt to Equity Ratio (DER)
Ini merupakan rasio saham dalam menghitung besarnya hutang bila dibanding total ekuitas yang dikuasai. Nilai hutang besar bisa dianggap sebagai risiko untuk sebuah perusahaan. Untuk menilai hutang sebuah perusahaan maka analisisnya adalah sebagai berikut :
- Bila nilai DER > 1 : artinya hutang emiten saham itu lebih besar dibanding ekuitas atau modal.
- Bila nilai DER < 1 : artinya hutang emiten saham itu lebih kecil ketimbang ekuitas atau modal.
Emiten saham yang bagus yaitu jika punya nilai DER < 1. Itu memperlihatkan jika hutang masih bisa ditoleransi.
Ada satu lagi rasio saham yang juga cukup penting untuk diperhatikan yaitu Dividend Yield (DY). Dividend Yield yaitu nilai dividen tiap lembar saham dibagi harga saham.
Rasio tersebut memperlihatkan nilai laba yang dibagikan emiten untuk para pemegang saham. Jika sebuah saham mempunyai nilai DY tinggi, umumnya harga saham akan melonjak ketika dividen diumumkan.
Biasanya investor jangka panjang berminat dengan saham ber dividend yield tinggi sebab mereka menghendaki imbal hasil konsisten tiap tahun.
Jadi kesimpulannya, bagi para investor saham pemula, coba perhatikan setidaknya 5 rasio saham penting di atas sebelum memutuskan untuk membeli saham.
- EPS: bagus apabila naik, berarti emiten berkembang (investor bisa membandingkan dengan periode sebelumnya)
- Rasio PER: bagus apabila nilai PER kecil, berarti harga saham itu murah (coba bandingkan dasar saham dari kelompok industri yang sama)
- PBV: bagus apabila nilai PBV rendah, berarti harga saham itu murah (investor harus membandingkannya dengan rata-rata PBV dari industri yang sama)
- ROE: bagus apabila naik, berarti emiten berkembang (harus dibandingkan dengan nilai ROE periode sebelumnya).
- DER: bagus apabila nilainya rendah, berarti hutang yang dimiliki perusahaan masih bisa ditoleransi.
- DY: bagus apabila naik, tandanya emiten berkembang (harus dibandingkan dengan nilai DY periode sebelumnya)