Berikut ini metode metode yang digunakan untuk cara menghitung penyusutan atau depresiasi dengan bantuan contoh soal sederhana seperti Metode Garis Lurus (Straight-Line Method), Metode Saldo Menurun Ganda (Double Declining Balance Method), Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of Years’ Digits Method), dan Metode Unit Produksi (Units of Production Method).
Depresiasi, ataupun penyusutan, merupakan bisa dimaksud selaku sesuatu perihal yang bisa mengganti bayaran asli dari peninggalan senantiasa( fixed assets). Contohnya semacam, gedung pabrik, alat- alat kerja serta mesin penciptaan jadi beban sepanjang masa khasiat yang diharapkan dari peninggalan senantiasa tersebut.
Kemudian tidak hanya menguasai pengertiannya, disini Kamu pula hendak megetahui gimana metode menghitung penyusutan tersebut.
Depresiasi, umumnya hendak pengaruhi nilai dari suatu industri sebab penumpukan depresiasi buat tiap peninggalan bisa kurangi nilai novel pada neraca. Beban penyusutan ini hendak pengaruhi laba bersih, sebab hendak dikira selaku beban bayaran ataupun pengeluaran dalam laporan keuangan.
Perihal ini bisa pula diucap selaku penyusutan tata cara garis lurus. Buat metode menghitungnya, depresiasi garis lurus hendak memakai rumus tertentu.
Postingan kali ini hendak mangulas seputar 4 metode menghitung penyusutan. Ayo, cari ketahui lebih lanjut!
Faktor yang Memengaruhi Depresiasi
Harga Perolehan (Acquisition Cost)
Harga beli adalah harga komoditas ditambah semua biaya tak terduga. Biaya merupakan dasar untuk menghitung besarnya penyusutan yang harus terjadi selama suatu periode akuntansi (satu tahun). Oleh karena itu, harga ini merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam biaya penyusutan.
Harga Buku Aset Tetap
Dalam metode penyusutan, harga buku aset tetap adalah hasil yang diperoleh dari harga Perolehan dikurangi jumlah penyusutan aset tetap.
Nilai Residu atau Nilai Sisa (Salvage Value)
Residu, atau nilai sisa, adalah mengacu pada perkiraan nilai aset tetap yang dijual dan diubah menjadi uang tunai ketika aset tersebut ditarik atau dilepaskan. Nilai ini tergantung pada umur ekonomis aset tetap setelah digunakan. Namun, tidak semua aset tetap memiliki nilai residu.
Usia Ekonomis Aset (Economical Life Time)
Umur ekonomis aset dibagi menjadi dua umur, yaitu umur material dan umur fungsional. Usia sebenarnya terkait dengan kondisi aset sebenarnya. Pada saat yang sama, masa kerja fungsional terkait dengan pendapatan aset saat digunakan.
Metode Garis Lurus (Straight-Line Method)
Tata cara yang awal ini sangat kerap digunakan dalam akuntansi demi melindungi beban penyusutan, senantiasa konstan serta sederhana sejauh umur murah peninggalan. Terdapat 2 rumus yang bisa dipakai dalam tata cara ini, ialah perhitungan dengan nilai residu serta perhitungan tanpa nilai residu.
Perhitungan memakai Nilai Sisa
Metode perhitungan ini mengenakan rumus berikut:
( Harga Perolehan – Nilai Sisa)÷ Umur Ekonomis = Penyusutan
Selaku contoh, suatu industri membeli mobil operasional pada bertepatan pada 2 Februari 2001 dengan harga Rp350 juta. Mobil itu diperkirakan memiliki masa gunakan 4 tahun dengan nilai residu Rp100 juta. Besar penyusutan per tahunnya, yakni
( Rp350.000. 000― Rp100.000.000)÷ 4 tahun= Rp62.500.000
Perhitungan tanpa Nilai Sisa
Perhitungan selanjutnya memakai rumus selaku berikut:
Harga Perolehan ÷ Umur Ekonomis= Penyusutan
Misalnya, sesuatu industri membeli mesin penciptaan senilai Rp300.000.000 pada bertepatan pada 30 Maret 2004. Mesin tersebut diperkirakan tidak hendak memiliki nilai residu pada masa akhir konsumsi serta dapat beroperasi hingga 6 tahun. Maksudnya, masa penyusutan mesin per tahun, yaitu
Rp300.000. 000÷ 6 tahun= 50.000. 000
Metode Saldo Menurun Ganda (Double Declining Balance Method)
cara menghitung penyusutan aktiva yang kedua merupakan tata cara saldo menyusut ganda. Tata cara ini dipakai buat mengkalkulasikan bayaran penyusutan pada mesin penciptaan. Ini sebab performa mesin biasanya bagus pada awal mulanya, namun cenderung menyusut dikala mendekati masa akhir konsumsi. Tata cara saldo menyusut ganda memakai rumus perhitungan berikut:
( Harga Perolehan÷ Umur Ekonomis)× 2= Penyusutan
Contohnya, PT Cahaya membeli mesin penciptaan dengan harga Rp250.000.000 pada bertepatan pada 15 April 2006. Mesin tersebut diperkirakan tidak memiliki nilai residu pada masa akhir konsumsi serta dapat beroperasi sepanjang 8 tahun. Beban penyusutan per tahun dari mesin itu, yakni
Penyusutan Akhir Tahun Awal=( Rp250.000.000÷ 8 tahun)× 2= Rp62.500.000
Penyusutan Akhir Tahun Kedua=( Rp187.500.000÷ 8 tahun)× 2= Rp46. 875.000
serta seterusnya.
Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of Years Digits Method)
Sama halnya dengan tata cara saldo menyusut, cara ketiga ini biasa dipakai untuk metode cara menghitung penyusutan pada mesin penciptaan. Tetapi, rumus yang digunakan sangat berbeda. Ikuti rumus berikut:
( Harga Perolehan – Harga Residu)×[( n/( n+( n― 1)+( n― 2)+…)]= Penyusutan
Huruf “n” atau digit SOYD dalam rumus di atas menggambarkan umur murah dari aktiva. Misalnya, usia murah dari suatu mesin penciptaan merupakan 6 tahun. Maksudnya, angka di dasar pecahan mewakili total dari umur murah mesin. Angka penyebut yang dipakai yakni 6+ 5+ 4+ 3+ 2+ 1= 21.
Contoh
Suatu Perusahaan membeli mesin. Harga perolehan Mesin Sebesar Rp 135.000.000,00 dengan taksiran nilai sisa (salvage value) sebesar Rp 15.000.000,00. Dan diperkirakan, mesin tersebut hanya mampu berproduksi sampai dengan 4 tahun !
Perhitungan:
SOYD digit = 1+2+3+4 = 10
Dasar Penyusutan | = | Rp 135.000.000,00 – Rp 15.000.000,00 |
= | Rp 120.000.000,00 |
Tahun | SOYD | Dasar Penyusutan | Penyusutan |
1 | 4/10 | Rp. 120.000.000,00 | Rp. 48.000.000,00 |
2 | 3/10 | Rp. 120.000.000,00 | Rp. 36.000.000,00 |
3 | 2/10 | Rp. 120.000.000,00 | Rp. 24.000.000,00 |
4 | 1/10 | Rp. 120.000.000,00 | Rp. 12.000.000,00 |
Metode Unit Produksi (Units of Production Method)
Pada cara menghitung penyusutan ini, nominal dari penyusutan yang dikeluarkan pada masa tertentu memiliki nilai sepadan. Nilai tersebut balance dengan kapasitas penciptaan dibanding dengan ditaksir kapasitas penciptaan optimal sepanjang umur murah peninggalan. Tata cara unit penciptaan banyak dipakai oleh industri manufaktur buat menggambarkan sisa umur dari aktiva mereka. Rumusnya selaku berikut:
( Harga Perolehan – Harga Residu)×( Konsumsi÷ Kapasitas Optimal)= Penyusutan
Selaku contoh, PT Makmur Maju membeli mobil keluaran terkini buat operasional pada 20 November 2015. Mobil tersebut mempunyai harga Rp400.000. 000 serta dibayar secara tunai. 4 tahun setelah itu, industri bermaksud menjual mobil dengan harga Rp100.000.000. Mobil yang dibeli bisa menempuh jarak hingga 100. 000 kilometer. Tetapi, mobil itu saat ini sudah menempuh jarak 50. 000 kilometer sepanjang konsumsi. Bayaran penyusutannya, yaitu
( Rp400. 000. 000― 100. 000.000)×( 50.000 kilometer÷ 100. 000)= Rp150.000.0000
Contoh Soal dan Pembahasan
Supaya uraian rumus di atas bisa dengan mudah dipahami, sekarang kita langsung lihat contoh kasusnya aja deh, yuk!
Contoh soal 1
PT Kurnia Sari membeli mobil baru untuk kebutuhan operasional perusahaan pada tanggal 15 Maret 2015 dengan harga Rp400.000.000 dan dibayar secara tunai. Empat tahun kemudian, mobil tersebut akan dijual dengan harga Rp100.000.000. Mobil tersebut sudah mengalami perubahan performa, yang awalnya bisa menempuh jarak hingga 100.000 km, sekarang hanya bsia menempuh jarak 50.000 km selama pemakaiannya. Berapakah biaya penyusutan mobil tersebut?
Jawab:
Kita gunakan rumus metode unit produksi.
Biaya penyusutan = (Harga perolehan – Harga residu) x (Pemakaian / Kapasitas maksimal)
Biaya penyusutan = (400.000.000 – 100.000.000) x (50.000 km / 100.000) = 150.000.000
Jadi, biaya penyusutan pada mobil tersebut adalah Rp150.000.000.
Seperti itu penjelasan seputar metode cara menghitung penyusutan yang harus Kamu cermati. Dengan mengkalkulasikan penyusutan nilai peninggalan, nilai total dari bisnis Kamu bisa dikenal secara tentu. Perhitungan penyusutan juga dapat menghindarkan industri dari permasalahan perpajakan. Tidak hanya itu, masa gunakan peninggalan bisa dioptimalkan serta waktu pergantiannya gampang dikenal. Mudah- mudahan bisnis Kamu mudah!