admin Membahas dengan sederhana rumus-rumus yang ada di matematika dan finansial - Bagi Aja

Value Investing Warren Buffett – Definisi, Indikator dan Strategi

5 min read

value

Apa yang dimaksud dengan value investing? Apakah hal ini akan menghasilkan cuan yang maksimal saat berinvestasi saham?

Investasi nilai adalah strategi investasi yang melibatkan pengambilan saham yang tampaknya diperdagangkan kurang dari nilai intrinsik atau nilai bukunya. Nilai investor secara aktif menemukan saham yang mereka pikir diremehkan oleh pasar saham.

Mereka percaya bahwa pasar bereaksi berlebihan terhadap berita baik dan buruk, menghasilkan pergerakan harga saham yang tidak sesuai dengan fundamental jangka panjang perusahaan. Reaksi berlebihan menawarkan kesempatan untuk mendapat untung dengan membeli saham dengan harga diskon—dijual.

PHP Dev Cloud Hosting

Warren Buffett mungkin adalah investor nilai yang paling terkenal saat ini, tetapi ada banyak investor lainnya, termasuk Benjamin Graham (profesor dan mentor Buffet), David Dodd, Charlie Munger, Christopher Browne (mahasiswa Graham lainnya), dan manajer dana lindung nilai miliarder, Seth Klarman.

Memahami Value Investing

Dalam berinvestasi saham ada orang yang melakukan trading, ada juga yang melakukan investing. Biasanya kalau trading dikaitkan dengan jangka pendek. Jadi, seorang trader ingin mendapatkan profit atau keuntungan dalam waktu yang singkat.

Sedangkan investor berorientasi untuk jangka panjang. Sehingga, investor tidak terlalu berekspektasi yang tinggi untuk mendapatkan keuntungan dalam waktu singkat. Mereka cenderung untuk ingin memiliki keuntungan di masa depan.

Apa itu value investorValue investor berarti kamu menginvestasikan saham yang saat ini memiliki harga di bawah nilai intrinsiknya atau dalam kata lain saham yang undervalue.

Affiliate Banner Unlimited Hosting Indonesia

Sekarang banyak orang yang menjadi value investor. Dengan menjadi value investor, maka kamu juga telah meminimalisasi risiko dari investasi saham karena kamu tidak berinvestasi di saham yang sudah overvalue atau harganya sudah di atas nilai wajar/intrinsiknya.

Namun, untuk menjadi value investor, ada beberapa hal yang perlu kamu pelajari terlebih dahulu ya. kamu juga perlu mengetahui strateginya. Jadi, untuk menjadi value investor yang sesungguhnya kamu tidak hanya sekedar mengetahui apa itu rasio dalam valuasi saham serta nilai intrinsiknya saja.

Tapi, kamu juga memahami strategi value investing yang dilakukan oleh para ahli atau pakar value investing.

analisis
analisis (freepik.com)

Strategi Value Investing dalam Manajemen Risiko

Strategi Investasi Nilai

Kunci untuk membeli saham yang undervalued adalah meneliti perusahaan secara menyeluruh dan membuat keputusan yang masuk akal. Investor nilai Christopher H. Browne merekomendasikan untuk menanyakan apakah sebuah perusahaan kemungkinan akan meningkatkan pendapatannya melalui metode berikut:

  • Menaikkan harga produk
  • Meningkatkan angka penjualan
  • Mengurangi biaya
  • Menjual atau menutup divisi yang tidak menguntungkan

Salah satu kemampuan yang wajib dimiliki investor yang memilih strategi ini adalah analisis yang tajam.

Biasanya, investor menggunakan berbagai metrik untuk menghitung nilai intrinsik sebuah saham sebelum memutuskan untuk melakukan investasi.

Jadi, pembeliannya tidak asal murah.

Nilai intrinsik sebuah perusahaan terdiri dari beberapa hal, yaitu:

  • performa finansial
  • pendapatan
  • penghasilan
  • cash flow
  • keuntungan
  • faktor-faktor fundamental (brand perusahaan, model bisnis, target pasar, dan keunggulan kompetitifnya)

Nah, seorang value investor harus mengukur sejumlah metrik untuk memutuskan apakah sebuah perusahaan layak investasi atau tidak.

Indikator kunci  value investing tersebut adalah sebagai berikut:

1. Price-to-book (P/B)

Price-to-book (P/B) juga dikenal sebagai nilai buku.

Metrik ini menilai valuasi sebuah aset perusahaan dan membandingkannya dengan harga saham.

Jika harga saham lebih rendah dari nilai aset yang dimiliki, berarti sahamnya dinilai undervalued.

Namun, untuk dapat disimpulkan demikian, value investor harus memastikan bahwa perusahaan tidak sedang mengalami kesulitan secara finansial.

2. Price-to-earning (P/E)

Metrik ini digunakan untuk mengetahui data pendapatan.

Dengan begitu, value investor bisa mengetahui jika harga sahamnya tidak sesuai dengan pendapatannya.

Ini juga berarti sahamnya undervalued.

3. Free cash flow

Free cash flow dalam value investing adalah uang yang dimiliki perusahaan secara tunai setelah biaya biaya-biaya telah dibayarkan.

Biaya-biaya ini adalah hal-hal pokok seperti biaya operasional.

8 Strategi Value Investing

Berikut 8 strategi value investing yang bisa kamu tiru.

1. Memilih Metode Analisa

Terdapat beberapa strategi dalam menganalisa saham. Ada yang menganalisa dari situasi ekonomi makro (global) kemudian dikerucutkan pada fundamental dari suatu saham.

Metode pertama disebut “Analisis Top-Down”. Apa itu analisis top-down? Analisis top-down atau juga disebut analisa dari atas ke bawah adalah analisis yang bersifat global menuju ke hal yang bersifat lebih spesifik.

Banayk juga yang memulai analisa dengan “Analisis Bottom-Up”. Analisis bottom-up merupakan suatu strategi menilai suatu saham dari bawah ke atas.

Selanjtnya,menganalisa masalah-masalah ekonomi yang dapat diperkirakan mempengaruhi pergerakan harga saham. Beberapa diantaranya adalah tentang inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga, daya beli masyarakat, dan lain-lain.

Kedua metode analisis top-down dan pun bottom-up, keduanya sama-sama baik. kamu bisa memilih metode analisa yang cocok dengan kenyaman kamu.

Untuk strategi yang kedua ini bisa dijadikan langkah pertama atau pun langkah kedua setelah memilih metode value investing. kamu perlu mengetahui sektor mana yang saat ini sedang trend.

Dengan melakukan investasi pada sektor yang saat ini sedang trend, maka kamu tidak hanya mampu mendapatkan keuntungan yang besar, tapi juga bisa mendapatkan keuntungan yang lebih cepat. Bahkan, bisa jadi kamu mendapatkan keuntungan dalam hitungan hari saja.

Cloud Hosting

3. Lakukan Screening  Saham Fundamental Bagus

Sekarang ini sudah ada lebih dari 600 emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu, untuk melakukan screening dengan lebih efektif maka kamu dapat menetapkan kriterianya.

Cara sederhana adalah mengklasifikasikan emiten yang memiliki ROE (Return on Equity) lebih dari 15%, PBV (Price to Book Value) di bawah 1x, atau PER (Price to Equity Ratio) kurang dari 10.

Jika kamu sudah mendapatkan emiten dengan kriteria seperti di atas, misalnya terpilih 10 saham saja maka setelah itu kamu bisa mengecek saham tersebut satu per satu. Jadi, kamu tidak perlu mengecek semua saham di BEI ya.

4. Ketahui Valuasi serta Nilai Intrinsik Saham

Agar bisa menjadi seorang value investor yang sukses, maka kamu harus mengetahui nilai valuasi dan juga nilai intrinsik saham yang ingin kamu beli. Artinya,kamu bisa mempelajari cara menilai harga saham tersebut.

Dalam value investing, maka yang dinilai sebenarnya adalah harga wajar atau harga sebenarnya dari saham tersebut atau yang disebut dengan istilah book value.

Untuk mengetahuinya, kamu bisa menggunakan dua rasio utama, yaitu PER (Price Earning Ratio) dan PBV (Price to Book Value) seperti yang dikatakan Warren Buffet.

5. Analisa Faktor Fundamental

Untuk mengetahui fundamental perusahaan,Yang wajib kamu lakukan adalah membaca laporan keuangan terbarunya. Paling tidak kamu perlu mengetahui bagian-bagian penting dalam laporan keuangan seperti laporan rugi/labanya.

Apa saja yang terdapat di laporan keuangan? beberapa hal yang ada di laporan keuangan adalah sebagai berikut:

  1. Pernyataan direktur ataupun yang menyajikan laporan keuangan
  2. Aset lancar dan tidak lancar
  3. Liabilitas dan ekuitas
  4. Laba/rugi
  5. Laporan arus kas
  6. Catatan-catatan keuangan

Dari laporan keuangan tersebut tidak perlu semuanya kamu pelajari. Bagian ke-2, yang perlu kamu perhatikan adalah laporan kasnya. Untuk bagian liabilitas, bagian ini menyajikan laporan utang yang dimiliki oleh perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Sedangkan ekuitas, memberikan laporan tentang modal perusahaan dan juga investor (jumlah saham yang beredar di masyarakat). Sesudah itu, kamu juga perlu memperhatikan pertumbuhan labanya. Hal tersebut harus kamu dahulukan, jika perusahaannya rugi atau buruk maka kamu bisa langsung mengabaikannya.

6. Waktu Membeli Saham yang Tepat

Waktu yang paling tepat untuk value investing adalah pada saat harga suatu saham murah (undervalue/di bawah nilai intrinsiknya).

Sebagai contoh, harga saham PGAS dihargai dengan PBV 1,5 kali (contoh) dan itu adalah PBV terendahnya. Kemudian setelah sahamnya naik cukup signifikan disini kamu mungkin perlu menjualnya karena harga saham tidak adak selalu di atas karena harga saham akan mengikuti fundamentalnya.

Dan kebetulan, karena saat turunnya PBV nya kembali di angka 1,5 kali lagi, maka waktu itulah waktu yang tepat untuk membeli saham PGAS. Jadi untuk value yang di sini bukan hanya jika PBV 1x atau kurang berarti murah ya, tapi lihat history harganya di masa lalu juga ya.

7. Lakukan Pemantauan

Selain menganalisa dan membeli saham, maka sebagai seorang value investor juga harus mengawasi saham yang ada di portofolionya.

Bagaimana caranya? Untuk memantau kinerjanya kamu dapat membaca laporan keuangan terbarunya yang bisa langsung kamu lihat di situs IDX.co.id.

8. Menentukan Waktu Menjual Saham

Tidak hanya saat waktu membeli saham, kamu harus mempertimbangkan waktu menjual saham. Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan pemantauan untuk menentukan waktu kamu menjual saham.

Misal, setelah kamu melakukan pemantauan dan ternyata kamu menemukan salah satu saham yang kamu beli mengalami kerugian atau masalah serius seperti manajemennya mengalami masalah hukum. Maka, ini adalah waktu yang tepat untuk kamu mempertimbangkan kapan waktunya kamu menjual saham perusahaan itu.

Hal yang pertama dan paling penting adalah kamu perlu melakukan analisis yang mendalam. Jangan sampai kamu gegabah dengan langsung menjual saham hanya karena labanya turun sedikit saja.

Selanjutnya, salah satu caranya adalah dengan mengetahui trendline pergerakan saham apakah lagi downtrend atau uptrend. Namun, jika perusahaan tersebut memiliki fundamental yang sangat bagus maka kamu sebaiknya hold saja.

admin Membahas dengan sederhana rumus-rumus yang ada di matematika dan finansial - Bagi Aja

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *