Apa Itu PDB? GDP adalah singkatan dari Gross Domestic Product atau dalam bahasa indonesia Produk Domestik Bruto (PDB). Perhitungan yang didapatkan dari penjumlahan dari setiap nilai tambah yang diperoleh dari seluruh unit usaha yang dihasilkan suatu negara dalam periode waktu tertentu (umumnya dalam jangka waktu setahun).
Bisa juga berasal dari hasil akhir jumlah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh semua unit usaha di dalam suatu negara.
Unit-unit tersebut akan dikelompokkan menjadi 9 sektor yaitu:
- Pertambangan dan penggalian
- Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan
- Listrik, gas, dan air bersih
- Perdagangan, hotel, dan restoran
- Pengangkutan dan komunikasi
- Konstruksi
- Jasa-jasa pelayanan pemerintah
- Keuangan, real estate, dan jasa perusahaan
- Industri pengolahan
Secara umum GDP merupakan sebuah metode dalam menghitung pendapatan nasional dan sebagai salah satu alat ukur atau indikator paling populer dalam menggambarkan perkembangan perekonomian dan kesejahteraan suatu negara.
Angka PDB yang tinggi diartikan dengan tingginya angka produksi. Tingginya angka produksi dihubungkan kepada daya beli masyarakat yang juga tinggi. Inilah mengapa ketika angka PDB naik, muncul anggapan bahwa negara tersebut juga semakin sejahtera.
Komponen Yang ada di PDB
Lalu, berikut ini terdapat beberapa komponen yang menyusun PDB. Komponen PDB adalah dibagi menjadi 4, antara lain:
Konsumsi privat
Komponen ini menghitung konsumsi dari individu atau rumah tangga untuk sejumlah jenis barang, di antaranya:
- Durable Goods yaitu barang tahan lama atau tidak mudah rusak yang biasanya memiliki umur relatif panjang atau lebih dari 3 tahun. Contohnya motor, mobil, alat elektronik dan lain-lain namun tak termasuk pembelian rumah baru.
- Non-Durable Goods yaitu barang yang seketika dikonsumsi dan habis manfaatnya. Misalnya, makanan, minuman, obat dan lain sebagainya.
- Service yaitu konsumsi yang jasanya dimanfaatkan. Contohnya, jasa dokter, jasa pelayanan publik, dan sebagainya.
Investasi
Lalu, komponen kedua dari PDB adalah investasi yang menghitung suatu pengeluaran untuk barang modal. Misalnya pembelian rumah, pembangunan pabrik baru, program baru, dan beberapa jenis investasi lainnya.
Pengeluaran pemerintah
Pengeluaran pemerintah atau government spending adalah komponen yang menghitung seluruh pengeluaran pemerintah. Contohnya membayar gaji PNS atau ASN, membeli alutsista militer, membangun infrastruktur dan lain-lain.
Ekspor bersih
Kemudian, komponen terakhir penyusun PDB adalah ekspor bersih yang menghitung selisih antara total ekspor yang didapat lalu dikurangi dengan total impor.
Manfaat GDP
Mengukur laju pertumbuhan ekonomi nasional
Negara dapat menganalisis dari data yang ada terkait faktor manakah yang dapat dimaksimalkan dan mana yang masih perlu ditingkatkan.
Membandingkan kemajuan ekonomi antar negara
Tanpa ada alat ukur, kelebihan serta kekurangan akan sulit dibuktikan. Melalui angka yang dihasilkan GDP negara-negara di dunia dapat menentukan siapa yang unggul siapa yang belum. Keluarannya adalah apa yang kita kini kenal sebagai G7 dan G20 yang terdiri dari negara-negara dengan perekonomian terkuat di dunia.
Mengetahui struktur perekonomian suatu negara
Negara bersangkutan dapat menjadikan keluaran PDB-nya sebagai bahan pengkajian terkait sektor-sektor mana saja yang harus ditingkatkan dan perlu perbaikan.
Sebagai landasan perumusan kebijakan pemerintah
Tanpa adanya data yang bisa diandalkan, kebijakan yang dihasilkan suatu negara akan sulit untuk dipastikan apakah akan berhasil atau tidak. Dengan adanya data setidaknya pemerintah dapat memperoleh bantuan dalam merumuskan kebijakan.
GDP Nominal dan GDP Riil
GDP riil diproyeksikan sebagai nilai moneter dari total jumlah penghasilan yang telah disesuaikan dengan perubahan harga. Hal tersebut diukur dengan menggunakan harga konstan. Sehingga hasil nilainya akan mengacuhkan dampak inflasi atau deflasi di akhir nilai.
Oleh karena itu, adanya perubahan dari waktu ke waktu memproyeksikan adanya perubahan kuantitas hasil. Dengan alasan tersebut, maka persentase perubahan yang ada di GDP riil mampu mengukur pertumbuhan ekonomi sebuah negara.
Lain halnya dengan GDP nominal, di dalamnya tidak dilakukan penyesuaian perubahan harga sebab GDP ini memanfaatkan harga sekarang untuk rumus perhitungannya, yang mungkin meningkat ketika inflasi atau menurun ketika deflasi.
Maka dari itu, nilainya pun pastinya akan berubah-ubah karena adanya perubahan kuantitas, harga, dan atau gabungan antara keduanya. Dari alasan tersebutlah negara tidak menjadikan GDP nominal sebagai alat ukur pertumbuhan ekonomi.