Di dunia keuangan dan akuntansi, ada dua konsep keren yang suka bikin bingung banyak orang: amortisasi dan depresiasi. Meskipun keduanya nyambung sama penurunan nilai aset, tapi ada beda mendasar dalam cara pakenya dan cara ngitungnya.
Di artikel ini, kita bakal jalan-jalan lebih dalam buat ngebahas beda dasar antara amortisasi dan depresiasi, juga gimana kedua konsep keren ini berperan buat ngasih tau nilai aset dari sisi finansial.
Sebelum kita bahas beda antara amortisasi dan depresiasi, mendingan kita pahamin dulu apa itu aktiva. Ini penting banget karena perbedaannya tuh tergantung jenis asetnya.
Gampangnya, dalam akuntansi, aset itu kayak harta yang dimiliki sama individu atau perusahaan. Aset ini bisa diukur pake duit. Aset juga lebih dikenal dengan sebutan “aktiva”. Ada dua jenis Aktiva biasanya dikelompokkanya berdasarkan wujudnya, yaitu:
Aktiva berwujud
Aktiva berwujud atau aktiva tetap memiliki bentuk fisik yang dapat diamati. Tanah, bangunan, kendaraan, furnitur dan sebagainya termasuk ke dalam aktiva ini.
Aktiva tidak berwujud
Dikenal juga sebagai aktiva tetap tidak berwujud, aktiva ini tidak mempunyai bentuk fisik. Aktiva tidak berwujud memiliki semacam hak istimewa yang melekat dan memiliki nilai tertentu. Hak paten, hak cipta, merek dagang, hak sewa, dan franchise adalah beberapa contoh aktiva tidak berwujud.
Apa itu Amortisasi?
Amortisasi adalah proses pengurangan atau penyusutan nilai aset yang nggak berwujud, misalnya kayak hak paten, merek dagang, atau hak cipta, selama periode waktu tertentu. Ini berguna buat ngebiasain bahwa aset-aset itu nilainya makin mengecil seiring berlalunya waktu, terutama gara-gara faktor seperti penggunaan yang makin berkurang atau kadaluwarsa.
Di dunia keuangan dan akuntansi, amortisasi itu penting banget untuk mencatat perubahan nilai dari aset tak berwujud dalam laporan keuangan. Ini ngebantu perusahaan nunjukin dengan akurat gimana nilai aset-aset ini merosot seiring berjalannya waktu. Metode penghitungan amortisasi bisa bervariasi tergantung pada peraturan akuntansi yang berlaku dan strategi perusahaan.
Biasanya, cara hitung amortisasi itu ambil nilai aset nggak berwujud terus dibagi sama periode waktu yang udah ditentukan. Misalnya, kalo perusahaan punya hak paten senilai Rp1 miliar dan memutuskan buat ngamortisasi selama 10 tahun, setiap tahun bakal dihitung amortisasi sebesar Rp100 juta. Proses ini ngebantu perusahaan catet dengan pas gimana nilai aset itu merosot dalam periode waktu tertentu.
Amortisasi juga bisa diartikan sebagai cara pembayaran hutang secara bertahap dalam jangka waktu tertentu, misalnya pembayaran bulanan atas cicilan kendaraan, pinjaman KPR dan sebagainya.
Apa Itu Depresiasi?
Berbeda dengan amortisasi, depresiasi adalah praktik akuntansi yang merujuk pada pengalokasian biaya penyusutan terhadap aktiva berwujud selama periode tertentu.
Tidak seperti aset tidak berwujud, aset berwujud tetap bisa memiliki nilai ketika bisnis tidak berjalan. Oleh sebab itu, penyusutan dihitung dengan mengurangkan nilai sisa atau nilai jual kembali aset dari biaya awalnya. Selisihnya disusutkan secara merata selama tahun-tahun perkiraan umur aset.
Depresiasi adalah proses atau konsep dalam akuntansi yang mengacu pada penurunan nilai dari aktiva berwujud, seperti gedung, peralatan, dan kendaraan, seiring berjalannya waktu. Ini terjadi karena barang-barang ini sering dipake, aus, perkembangan teknologi, atau hal-hal lain yang bikin nilai aslinya makin menurun.
Di dunia akuntansi, depresiasi di catet dalam laporan keuangan sebagai biaya yang ngurangin nilai barang-barang ini dari tahun ke tahun. Ini mencerminkan fakta bahwa aset fisik cenderung mengalami penurunan nilai seiring berlalunya waktu. Turunnya nilai aktiva berwujud ini juga nagruh ke pada laba bersih perusahaan dalam laporan laba rugi.
Contoh sederhanyanya misalkan nih ada perusahaan membeli sebuah truk dengan harga Rp300 juta. Truk ini diharapkan memiliki umur ekonomis selama 5 tahun sebelum harus diganti. Dengan nilai sisa yang diperkirakan sebesar Rp50 juta saat akhir umur ekonomisnya, kita bisa menghitung depresiasinya.
- Selisih antara harga beli dan nilai sisa: Rp300 juta – Rp50 juta = Rp250 juta
- Depresiasi tahunan: Rp250 juta / 5 tahun = Rp50 juta per tahun
Jadi, setiap tahun, perusahaan akan mencatat biaya depresiasi sebesar Rp50 juta untuk truk tersebut dalam laporan keuangan. Ini membantu mencerminkan fakta bahwa nilai truk tersebut berkurang seiring berlalunya waktu dan penggunaan yang berulang.
Contoh Amortisasi dan Depresiasi
Contoh depresiasi dapat dilihat pada ilustrasi berikut ini. Sebuah perusahaan, misalnya, membeli atau membangun gedung perkantoran. Gedung tersebut digunakan selama bertahun-tahun. Perusahaan yang sama kemudian pindah ke gedung baru yang lebih besar di lokasi lain. Gedung kantor lama mungkin agak kumuh, tetapi masih memiliki nilai.
Sekarang, mari kita lihat contoh amortisasi. Sebuah perusahaan memiliki hutang sebesar Rp1 miliar. Hutang tersebut dibayar dengan cara mencicilnya tiap tahun sebesar Rp75 juta. Jadi, perusahaan tersebut telah mengamortiasi pinjaman sebanyak Rp75 juta setiap tahunnya.
Cara Menghitung Amortisasi dan Depresiasi
Ada tiga komponen utama saat menghitung depresiasi. Ketiga komponen itu adalah harga perolehan, taksiran umur ekonomis, dan taksiran nilai residu.
Ilustrasi perhitungan depresiasi bisa dilihat sebagai berikut. Perusahaan A membeli satu unit kendaraan operasional sebesar Rp205 juta. Kendaraan itu dijual 20 tahun kemudian. Adapun taksiran nilai residu kendaraan dengan jenis yang sama adalah Rp5 juta. Dengan demikian, besarnya depresiasi kendaraan itu adalah:
= (Harga perolehan – Taksiran nilai residu) : Taksiran umur ekonomis
= (Rp205.000.000 – Rp5.000.000) : 20
= Rp200.000.000 : 20
= Rp10.000.000
Ilustrasi di atas merupakan perhitungan menggunakan metode garis lurus. Perhitungan depresiasi sendiri bisa dilakukan dengan berbagai metode. Metode garis lurus terbilang paling sederhana. Kelemahan metode ini adalah anggapan bahwa kegunaan ekonomi aktiva setiap tahunnya adalah sama.
Sekarang, giliran cara menghitung amortisasi. Perusahaan B berhasil mendapatkan hak paten atas penciptaan sebuah aplikasi. Besaran harga perolehan paten tersebut ialah sebesar Rp300 juta. Nilai tersebut akan susut dalam jangka waktu 10 tahun. Jadi, besarnya amortisasi hak paten per tahun adalah = Rp300.000.000 : 10 =Rp30.000.000.
Perhitungan amortisasi akan lebih rumit jika melibatkan pinjaman dan bunga. Bila terdapat variabel-variabel seperti itu, maka perhitungan amortisasi dapat dilakukan dengan beberapa langkah, yakni
1. Menghitung amortisasi pinjaman pada bulan pertama
Langkah ini dilakukan dengan mengumpulkan data. Data ini diperlukan agar bisa menghitung amortisasi pertama. Sejumlah informasi yang diperlukan antara lain tenor pinjaman, suku bunga, dan pokok pinjaman.
2. Menyiapkan kertas kerja
Tahapan kedua adalah menyiapkan kertas kerja atau program komputer tertentu untuk menghitung amortisasi. Kertas kerja itu bisa berisikan bulan, bunga angsuran pokok, angsuran bunga, jumlah angsuran, dan saldo pinjaman.
3. Menentukan pinjaman pada bulan sebelumnya
Lalu, tahapan selajutnya adalah dengan menentukan pinjaman pada bulan sebelumnya dan juga menghitung jumlah angsuran. Rumus yang bisa digunakan untuk menghitung jumlah angsuran adalah Jumlah Angsuran = P x (i/12) / 1 – (1+(i/12)-t), di mana P adalah pokok pinkaman, i adalah suku bunga, dan t adalah tenor pinjaman.
4. Menghitung angsuran bunga
Menghitung angsuran bunga adalah langkah berikutnya. Rumus menghitung angsuran bunga adalah pokok pinjaman pada bulan sebelumnya dikurang suku bunga dikali 30/360. Dengan menerapkan rumus tersebut pada contoh sebelumnya, maka akan diketahui bahwa angsuran bunga pada bulan pertama adalah 10.000.000 x 6% x (30/360) = 50.000.
5. Mendapatkan informasi terkait angsuran pokok
Tahapan kelima ialah mendapatkan informasi terkait angsuran pokok yang harus dibayar. Lebih mudahnya, angsuran pokok bisa diketahui dengan cara mengurangi jumlah angsuran dengan angsuran bunga. Berdasarkan contoh sebelumnya, maka bisa kita ketahui bahwa angsuran pokonya adalah 860.664 – 50.000 = 810.664.
6. Menghitung saldo pinjaman
Perhitungan saldo pinjaman menjadi tahap terakhir. Cara ini dilakukan dengan mengurangi nilai pokok pinjaman pada bulan sebelumnya dengan jumlah angsuran pokok. Berdasarkan contoh di atas, maka bisa kita ketahui bahwa saldo pinjamannya adalah 10.000.000 – 810.664 = 9.189.336.